Dibawah air yang beterbangan dari langit
Tubuhku berjalan diatas udara yang berkabut
Aku seperti pohon rengas tua
Seolah-olah lupa waktu beristirahat dalam dirinya sendiri
Ini seperti cerita masa lalu
Yang berabad-abad mencoba bangkit
Mencari pintu yang terakhir
Seperti tembok ratapan aku memukul-mukul dengan sisa tenaga
Untuk harapan-harapan yang membumbung tinggi
Dan kepada cinta harus segenap ihklas pergi jauh
Belajar membaui aroma musim panas di bulan ini
Panasnya seperti teriakan dari burung-burung liar
Dan langit pun penuh dengan impian-impian
Tapi, aku tidak tahu bagaimana untuk terbang
Setiap yang tersentuh oleh cahaya mataku
Tumbuh menjulang duka dan rindu pernyataan kasih
Jika bersemi di hati kembali itulah garam dunia
Yang memberi rasa dan warna pada kehidupan
Selamat tinggal,
Laut yang berdada lapang yang menyimpan rahasia dan tak mau bicara
Pasir waktu telah terkikis untuk sebuah perubahan yang konstan
Cinta saja tak cukup meskipun dari mereka telah pergi dan kembali
Kini, sebelum kusudahi menulis sajak yang paling gelisah
Ingin ku membaui dadamu, mendengar degub jantungmu
Disana aku merasakan ada ribuan anak gembala memainkan tamborin
Dan akupun lebur didalam sana, didalam nyanyian jiwamu
( LANGIT, Agustus 2011. Aku melihat ribuan anak panah melesat menghalangi cahaya matahari )