AMELIA

di cakrwala aku tulis namamu
pada lembah arjuna aku tanam namamu di telaga cinta
di padang ilalang namamu menarinari
di mata senja namamu bercahaya jingga
di semesta namamu abadi

aku berlari ke puncak gunung arjuna
bunga2 aldeweis luruh menahan getar gelombang derap lariku
di sana aku aku mengangkangi rahimnya,
dan aku bisikan dengan maha lembut: aku sayang padamu…

kembali aku berlari,berlari ke gigir pantai
pada samudera aku berteriak: kau maha bagiku
deru nafasku menghantam dinding karang
di ujung bibir tebing aku berdiri menghadap rembulan
aku bidikan matapena
agar kau tahu darah rembulan

tiba-tiba,matamu berkaca serupa kristal di puncak jiwa
butiran-butiran airmata jatuh kelantai bumi
bunyinya mengusik sepi malam
beri..beri…bibirmu
sebelum aku mati sebelum katakata terbang tinggi
dan kau..kau di ujung bumi
di barat cinta
aku berlabuh


kekasih,dalam haus sangat aku mau minum airmatamu

Tiba-Tiba Aku Membunuh Diriku Sendiri

membaca matamu malam itu
seperti melihat pusar gelombang yang maha dahsyat.
mataku terhempas jauh dari tepian matamu.
dan tubuhku basah oleh derai airmata
isakmu menghancurkan dinding jiwa
pecah! kepinganya menancap mata bulan.

yah…aku lakilaki yang belum baik dan benar
tak apa kau sebut aku lakilaki pengecut
karena mencintaimu adalah sebuah anugerah
lantas? apa harus di selimuti kepura-puraan? merawat cinta yang sedang tumbuh untuk berbuah.

bila tiba waktunya kita berpisah
aku hanya inginkan darimu
sesering mungkinlah kau berdoa untukku
di gudukan tanah merah
di mana dapat kau lihat keping-keping jiwa yang berhamburan
bersama 7 rupa bunga yang luluh lantak bersama katakata!
yah..katakata yang belum sempat menjadi sajak terakhir untukmu

malam semakin sekarat
desau angin menampar semesta
seorang penyair terkulai dengan matapena menancap di dada kiri
darahnya membentuk segurat kalimat : Ruhku bersemayam di matamu!

CORETAN DI UJUNG MALAM

hawa dingin merangkul semesta
tubuh kita mengigil di pucuk
bungabunga aldewis di puncak gunung arjuna
meringkuk dalam tidur
tetes demi tetes embun jatuh basahi tanah bumi
jiwaku merapat pada jiwamu
aku rebahkan bibirku pada bibirmu
kita kayuh bersama
menuju pulau sejuta rasa
di sana aku minum anggur dari celahcelah telaga rahimmu

l a n g i t j i w a