“ Ketika udara terasa jernih, ketika kesejukan embun bercucuran ke bumi, tak terlihat dan tak terdengar, kesejukan embun pun mengenakan sepatu-sepatu lembut, seperti segala yang lembut menyejuk: Apakah kemudian kau pun ingat, betapa dulu pun kau haus, mendamba cucuran airmata surgawi dan butiran-butiran embun, hangus dan letih, sementara di atas jalan-jalan kuning penuh rumput, berpencaran buih-buih cahaya matahari petang yang nakal menembusi pohon-pohon gelap.”
( Friedrich Nietzsche, 15 Oktober 1844 – 25 Agustus 1900 )
hanya ada satu kata TOP..
sukaaa sama puisi2nya 🙂
Reblogged this on doddokoplok's Blog.
ayo nulis lagi mas Goenoeng.kami rtindu baca karya karyamu
salam hangat dari blue