PUAN

Jalanan lenggang, anjing mengongong
Penjaga malam memukul tiang listrik
Dua kali berdentang tiang bergetar
Seperti ada yang rubuh didadaku

Dari balik jendela
Sebatang pelepah daun pisang
Terkulai menyentuh tanah
Batang tua terukir angin
Merindukan air mata langit

Malam semakin tua
kabut semakin pekat
Puan mengigil, batuknya menggelegar !
Memecahkan suara penyiar televisi memberitakan tentang keadaan negeri ini
Bibir kecil meminta seteguk air dan sebutir obat
Cepat sembuh, nak
Bapakmu hanya seorang kuli angkut kata
Ini hidup adalah pelangi
berwarna warni duka dan suka

( Dusun Bono, 12 Sepetember 2011. langit menulis )

ODE CAFE JAVA

Kata-kata pecah
Menancap di lidah
Pikiran kita masuk jauh kedalam lautan
Mencoba membawa kembali hari-hari yang karam
Satu hal yang pasti
Dimana masih anak-anak
Tanpa hal yang kurang ajar
Atau pahit untuk dikatakan

Pukul enam sore langit surabaya habis
Bola matamu melesak deras kedalam
Lubang yang yang mengangga lebar
Dikutuk mencintaimu dalam bayang-bayang wajahmu

Apakah ini serius?
Belum tergenapi sepuluh janji
Dari Lima tersepakati
Lautan dalam belum kita selami bersama-sama

Segala sesuatu yang menyentuh membangkitkan yang terbaik dalam diri
Dua anak manusia bergabung bersama, mengikat cinta
Kau aku makhluk tidak sempurna
Dan kesempurnaan menjadi mungkin didalam kasih
Cinta adalah bebas dan liar

Secangkir kopi tak habis
Dua tangkup roti lelah menunggu untuk dimakan
Pelayan berbaju merah diam-diam melirik dari sudut pintu dapur
Memperhatikan Gerak bibir dan bahasa tubuh kita yang gelisah

Ini seperti perjamuan
Upacara kegundahan
Menempatkan Allah di pusat kehidupan
Dari berkat-berkat ilahi yang mempengaruhi kehidupan kita setiap hari
– cinta, seks, musik, kesendirian, dan bahkan penderitaan.

Sekarang pikiranku
Bukan untuk berlembar-lembar kertas tertulis sajak-sajakku
Ini untuk orang yang dihadapanku
Sebuah sungai yang mengalir
Membawa banyak sukacita untuk berbagi hidup
Sepanjang jalan akan ada badai besar yang bisa menghancurkannya
Dan ini cukup menantang .
Sebagai dua kekuatan meruntuhkan tembok yang berabad-abad berdiri

Lalu kau berbisik, pelan ( mengenggam tanganku ) :

Aku berhubungan denganmu
menemukan cinta dari musim demi musim kehidupan
Tidak ada yang salah dengan menjadi tunggal pada saatnya nanti
Cinta adalah suci, pernikahan adalah kasih, persatuan, untuk menjadi Satu. Suci dan Ilahi.
Cinta yang menyatukan dua orang yang feminin dan maskulin dalam diri kita

Menyatukan bagian-bagian yang tercecer
Tanpa rasa takut dan dapat mengubah
Aku pikir itu tidak kebetulan bahwa ketika kita sedang jatuh cinta,
maka kita merasa sangat rapuh

Bagiku menemukan untuk suatu hubungan yang benar dengan siapa pun
Adalah penting, katakan iya untuk semua ini
Mengambil diriku untuk menjadi terkasih
Tuk dicintai, menghargai dan menghormati mulai hari ini, selama aku hidup

Mencintaimu seperti makan es krim !
Tapi bisa kau bayangkan memakan rasa es krim setiap hari sampai kematian memisahkan kita
Dalam diri adalah taman bunga terus berkembang dan berubah untuk seluruh hidup
Tuhan memberikan setiap mahkluk merasa terhormat
Penyatuan dua jiwa yang berbeda yang tidak mengenal satu sama lain
Perkawinan harus merupakan kesatuan dari dua belahan jiwa
Ini tidak berarti bahwa dari perjodohan
dua belahan jiwa tidak dapat ditemui.
Aku pikir ini bisa mungkin, tetapi lebih mungkin jika kita menemukan jodoh dengan menemukannya dengan doa.

Pernikahan adalah seperti tanaman anggrek, harus mempertahankan
dan dirawat dengan cinta dan perhatian
Kemudian akan mulai mekar, ia bunga yang indah dan unik yang akan bersinar
Dilambangkan dengan sebuah cincin melingkar dijari manis namamu namaku
Dibawah sumpah atas nama Tuhan
Dengan akar-akar yang kuat mengikat jantung kita masing-masing

Malam semakin bergerak
Melodi yang indah
Kita mendengarkannya perlahan
Membimbing mencapai keseimbangan dan harmoni

Bandara Juanda, Juli 2010

HUJAN TAK DATANG

HUJAN TAK DATANG

Hujan telah meminta kau untuk berbasah-basah, dan
menari -nari bagai pusaran alif dibawah air langit yang deras
kepada siapa hendak kau kirim tarian yang maha ?
ketika segala tanya adalah bahasa jiwa yang retak
ketika hujan tak datang kau tampung airmata
dan inilah hujan dari matamu yang biru

langit, Bangsal 203. 2011

KAU KIRIM BAHASA TUBUH

Melapuk mataku membaca gurat-gurat wajah semesta raya
Di sepotong kertas yang menyimpan rahasia tua
Dilantai yang tandus, kutetaskan mimpi-mimpi tentangmu dengan seribu nyanyian
Celupkan tubuhku, rotimu
Minum darahku, anggurmu

Kau kirim bahasa tubuh
Laksana derap langkah kaki-kaki kuda hitam
Kumenerjang sungai
Membelah padang ilalang
Menendang nafsuku
Untuk segera kusentuh puncak tubuhmu yang cendayam

langit, Bangsal 203. 2011